Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Budandan, Tradisi Menghias Rumah sebelum Melangsungkan Pernikahan

Budandan merupakan budaya Lampung yang bersifat gotong-royong yang dilakukan secara bersama-sama oleh ibu-ibu.

Budandan ini biasanya dilakukan ketika dua hari menjelang acara berlangsung, sama halnya dengan waktu dilaksanakan ngukheh, namun biasanya ngukheh dilakukan pada malam hari sedangkan budandan dilakukan pada siang hari.

Budandan berasal dari kata dasar "dandan" dalam bahasa Indonesia artinya menghias, jika biasanya menghias identik dengan manusia namun budandan adalah menghias rumah yang akan dijadikan tempat ketika diadakannya resepsi pernikahan atau sunatan.
Contoh Tabekh (foto duniaindra.com)
Jadi budandan ini dilakukan bertujuan untuk mempercantik rumah dengan berbagai hiasan, jadi semua ruangan di hias dengan kain khas daerah yang disebut dengan "tabekh".

Biasanya setiap rumah sudah memiliki tabekh namun terkadang belum lengkap sehingga ketika akan melakukan bundandan, para tetangga atau saudara akan membawa tabekh dari masing-masing rumah untuk melengkapi kekurangan yang dimiliki oleh tuan rumah. Jadi sifatnya saling membantu.

Tabekh yang dipasang biasanya warisan turun temurun sejak zaman dahulu. Tabekh memiliki corak dan warna yang khas, warna yang dominan adalah warna kunning dan warna merah, kedua warna ini merupakan warna yang melambangkan kemegahan atau kemewahan.

Tabekh ini kan dipasang hingga acara selesai, jika acara selesai maka tabekh akan dibongkar kembali dan dikembalikan pada pemiliknya masing-masing.

Namun ada beberapa yang ditinggalkan salah satunya tabekh yang ada di pintu paling depan, tabekh di ruang tamu dan tabekh di pintu pengantin.